Label

Rabu, 30 Maret 2011

doa sehari2 II

Zikir pagi dan petang



"Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Esa dan selawat serta salam ke atas Nabi yang tidak ada lagi nabi selepasnya".

Doa apabila membalikkan diri pada waktu malam ketika tidur


Maksudnya:
Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa, Tuhan langit dan bumi serta segala yang berada di antara keduanya, Yang Maha Kuasa lagi Maha Pengampun.

Doa apabila terganggu dan terkejut ketika tidur atau rasa kesepian



Maksudnya:

Doa ketika dukacita dan sedih



Maksudnya:


Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak kepada hambaMu, anak kepada hamba perempuanMu, ubun-ubunku di tanganMu, terlaksana ke atasku hukumanMu dan adil kehakimanMu terhadapku, aku memohon kepadaMu dengan setiap nama yang Engkau namakan dengannya diriMu, atau Engkau turunkan di dalam kitabMu, atau Engkau telah mengajarnya kepada seseorang daripada makhlukMu atau yang tersembunyi pada ilmu ghaib di sisiMu, jadikanlah Al-Quran penenang hatiku, cahaya di dadaku, penghapus kedukaanku dan penghilang kesusahanku.




Maksudnya:

Doa ketika berhadapan dengan musuh



Maksudnya:
Ya Allah, sesungguhnya kami jadikan Engkau sebagai penghapus mereka dan kami berlindung denganMu daripada kejahatan mereka.



Maksudnya:

Ya Allah, engkaulah Pembantuku dan Engkaulah Penolongku dan dengan pertolongan Engkaulah aku berperang.



Maksudnya:Cukuplah bagi kami pertolongan Allah dan Allahlah sebaik-baik penolong.

Doa supaya dapat membayar hutang



Maksudnya:

Ya Allah, cukupkanlah aku dengan segala perkara yang telah Engkau halalkan daripada segala perkara yang telah Engkau haramkan. Kayakanlah aku dengan kelebihan Engkau daripada meminta kepada orang lain.


Maksudnya:

Ya Allah, aku berlindung denganMu dari ditimpa kesusahan dan kedukaan, dari kelemahan dan kemalasan, dari kedekut dan perasaan takut dan dari desakan hutang dan paksaan orang.

Doa menghilangkan was-was dalam solat atau ketika membaca Al-Quran



Maksudnya:
Aku berlindung dengan Allah daripada syaitan yang direjam".

Dan ludah ke sebelah kiri tiga kali.

Doa untuk memudahkan sebarang urusan


Maksudnya:

Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali sesuatu yang Engkau permudahkan, Engkau menjadikan kedukaan itu mudah sekiranya Engkau kehendaki.

Apa yang perlu diucap dan dilakukan apabila berdosa


"Setiap orang yang melakukan dosa hendaklah berwudhu' dengan sempurna. Kemudian mengerjakan solat sunat (taubat) dua rakaat. Kemudian, memohon keampunan (beristighfar) daripada Allah, nescaya Allah akan mengampunkan dosanya".

Doa perlindungan untuk anak-anak


Rasulullah s.a.w telah berdoa untuk perlindungan Hasan dan Husain (cucunya) dengan membaca:
Aku minta perlindungan bagi kamu berdua dengan kalimah-kalimah Allah yang sempurna daripada setiap syaitan, binatang yang berbisa dan bencana ain (pandangan mata yang menimpakan penyakit).

Doa ketika menziarahi orang sakit



Tidak mengapa, semoga penyakit ini membersihkan dosamu, insyaAllah.


Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan Arasy yang agung, supaya menyembuhkan engkau.

"Tiada seorang muslim yang menziarahi orang sakit yang belum sampai ajalnya, kemudian membaca doa ini tujuh kali nescaya disembuhkan penyakitnya itu." At-Tarmizi & Abu Daud.

Bacaan untuk menolak gangguan syaitan



Maksudnya:

Istighfar (meminta ampun) dan taubat


Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud:
Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepadaNya setiap hari lebih dari 70 kali.

Sabdanya yang bermaksud:
Wahai manusia, Bertaubatlah kamu kepada Allah! Sesungguhnya Aku bertaubat kepadaNya setiap hari 100 kali.

Sabdanya yang bermaksud: "Sesiapa yang membaca:

Maksudya:
Aku minta ampun daripada Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain daripadaNya, yang hidup dan yang menguruskan makhlukNya dan aku bertaubat kepadaNya.

nescaya Allah ampunkan dosanya sekalipun dia telah lari dari medan peperangan”.

doa sehari hari

Doa ketika bangun dari tidur



Maksudnya:

Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami selepas mematikan kami dan kepadaNya kami akan kembali.



Maksudnya:

Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya, bagiNya kekuasaan dan bagiNya pujian dan Dia berkuasa atas setiap sesuatu . Maha Suci Allah, Segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan upaya melainkan degan keizinan Allah. Ya Allah ampunilah daku.

Doa ketika memakai pakaian



Maksudnya:

"Segala puji bagi Allah yang memakaikan aku (pakaian) ini, dan memberi rezeki kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku".

Doa ketika masuk tandas



Maksudnya:

"Dengan nama Allah, Ya Allah aku berlindung denganMu daripada syaitan jantan dan syaitan betina".

Doa ketika keluar tandas



Maksudnya:

"Aku memohon keampunan daripadaMu

Bacaan selepas berwudhu'



Maksudnya:

"Aku mengaku bahawasanya tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah Yang Maha Esa, Yang tiada sekutu bagiNya dan aku mengaku bahawasaya Nabi Muhammad itu hambaNya dan pesuruhNya.

Doa ketika keluar rumah



Maksudnya:

"Dengan nama Allah aku bertawakkal kepadaNya dan tiada daya serta upaya kecuali dengan keizinan Allah".




Maksudnya:

"Ya Allah, aku berlindung denganMu supaya tidak sesat atau disesatkan, menyeleweng atau diselewengkan, berbuat aniaya atau dianiayakan, bodoh atau diperbodohkan ke atasku".

Doa ketika memasuki rumah



Maksudnya:

"Dengan nama Allah kami masuk dan dengan nama Allah kami keluar dan kepada Allah kami bertawakkal.

Doa pergi ke masjid



Maksudnya:

"Ya Allah, jadikanlah pada hatiku cahaya, pada lidahku (percakapanku) cahaya, pada pendengaranku cahaya, pada penglihatanku cahaya, dari atasku cahaya, dari bawahku cahaya, dari kananku cahaya, dari hadapanku cahaya dan dari belakangku cahaya, Jadikanlah dalam diriku cahaya, besarkanlah cahaya bagiku dan agungkanlah cahaya bagiku. Jadikanlah bagiku cahaya serta jadikanlah diriku cahaya. Ya Allah, berikanlah kepadaku cahaya dan jadikanlah dalam urat sarafku cahaya, dalam dagingku cahaya, dalam darahku cahaya, pada rambutku cahaya dan pada kulitku cahaya".

Doa ketika masuk masjid



Maksudnya:

"Aku berlindung dengan Allah Yang Maha Agung dan dengan wajahNya Yang Mulia dan kekuasaanNya yang kekal dari syaitan yang direjam. Dengan nama Allah dan selawat serta salam ke atas Rasulullah. Ya Allah buka

Doa ketika keluar masjid



Maksudya:

"Dengan nama Allah dan selawat serta salam ke atas Rasulullah. Ya Allah, aku memohon kepadaMu limpah kurniaanMu. Ya Allah, Peliharalah daku dari syaitan yang direjam".

Doa sujud tilawah



Maksudnya:

"Aku sujudkan wajahku ini kepada yang menciptanya dan membentuk rupanya dan yang membuka pendengarannya dan penlihatannya. Maha Suci Allah sebaik-baik Pencipta".

Doa selepas membaca tasyahud akhir sebelum Salam



Maksudnya:


"Ya Allah, aku berlindung denganMu daripada azab kubur, aku berlindung denganMu daripada azab neraka jahanam, aku berlindung denganMu daripada fitnah kehidupan dan kematian dan berlindung denganMu daripada Al-Masih Dajjal".

Selasa, 29 Maret 2011

Hukum Orang Yang Pergi Kepada Dukun Dan Peramal Untuk Memperoleh Kesembuhan

HUKUM ORANG YANG PERGI KEPADA DUKUN DAN PERAMAL UNTUK MEMPEROLEH KESEMBUHAN


Oleh
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta.



Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum orang yang datang kepada dukun, peramal atau penyihir untuk berobat apapun jenisnya ?

Jawaban
Pergi kepada dukun atau peramal tidak boleh dan bila mempercayainya, lebih besar lagi dosanya, berdasarkan sabdanya Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Barangsiapa mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari". [Hadits Riwayat Muslim no, 2230, kitab As-Salam, dan Ahmad no. 22711]

Dalil lainnya, hadits shahih dari beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Muslim, dari hadits Mu'awiyah bin Al-Hakam As-Sulami, yang melarang mendatangi para dukun.

Dalil lainnya, hadits yang diriwayatkan para penulis As-Sunan dan Al-Hakim dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda.

"Artinya : Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad". [1]

Dan hadits-hadits lainnya dalam bab ini.

Billahit Taufiq. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan atas Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.

[Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyah, Vol. 21, hal.51 Al-Lajnah Ad-Daimah]

DIHARAMKAN PERGI KEPADA ORANG YANG MEMINTA BANTUAN KEPADA SELAIN ALLAH UNTUK KESEMBUHAN

Oleh
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta.



Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Seseorang sakit keras dan penyakitnya semakin parah. Ia sudah pergi ke semua dokter tapi Allah belum mentakdirkan kesembuhan untuk orang ini lewat tangan-tangan para dokter tersebut. Akhirnya, ia pergi kepada seseorang yang biasa bertawassul, meminta bantuan, dan bertabarruk kepada para penghuni kubur, lalu Allah mentakdirkan kesembuhan untuknya lewat tangan paganis yang suka bertawassul ini. Apakah pergi kepada orang ini diperbolehkan ? Perbuatan ini berulang-ulang beberapa kali dan orang-orang menjadikannya sebagai pelajaran serta tertanam dalam benak mereka bahwa ia bisa menyembuhkan manusia dengan apa yang dilakukannya berupa perbuatan-perbuatan menyekutukan Allah -dan kita berlindung kepada Allah-, lalu, apakah hukum agama mengenai hal itu ?

Jawaban
Diharamkan pergi kepada orang yang melakukan amalan-amalan syirik berupa berdo'a kepada penghuni kubur dan meminta bantuan kepada mereka untuk meminta kesembuhan, dengan do'a dan ruqyahnya serta sejenisnya, walaupun sebagian orang mendapatkan manfaatnya. Karena hal itu adakalanya menyelarasi takdir, tapi ia menyangka bahwa kesembuhan itu karena sebab orang ini. Adakalanya penyakitnya karena perbuatan para setan, yang menggodanya supaya bertanya kepada orang-orang musyrik dan pergi kepada mereka. Ketika ia bertanya kepada mereka, maka setan tidak mengganggunya lagi.

Billahit Taufiq. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan atas Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.

[Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyah, Vol. 27, hal.65, Al-Lajnah Ad-Daimah]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerbit Darul Haq]
________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat At-Tirmidzi no 135, kitab Ath-Thaharah, Ibnu Majah no. 639, kitab Ath-Thaharah, dan Ahmad dalam Al-Musnad no. 9252

Sedikit renungan: Iktibar dari kematian

dead body 1
P/S Sekiranya gambar ini benar jadikannya sebagai pengajaran, sekiranya tidak benar banyak hadith-hadith sahih yang menerangkan tentang azab kubur. Post ini saya ambil dari blog Saudara Qudratullah pelajar sarjana muda universiti of Jordan: http://kfwqud.blogspot.com/
Siksa kubur adalah peringatan daripada allah…
semua orang tahu bahawa kematian itu akan berlaku namun amat sedikit bilangan mereka yg bersedia untuk menghadapinya… oleh itu ana ingin berkongsi dengan antum semua… sebagai satu imbas atau muhasabah semula.. sudah bersediakah kita untuk menghadapi kematian serta siksaan kubur itu nanti… “peringatan untuk diri ana yg lemah khususnya serta antum saudara ana seislam”
Gambar di atas merupakan mayat seorang pemuda lelaki berumur 18 tahun yang meninggal dunia di salah sebuah hospital di Oman. Mayat ini digali semula daripada kuburnya selepas 3 jam dikebumikan di atas permintaan bapanya. Pemuda ini dikebumikan secara Islam dan pada hari yang sama beliau disahkan meninggal dunia oleh para doktor. Walaubagaimanapun, timbul keraguan pada bapanya tentang kesahihan punca kematian anaknya dan ingin membuat pengesahan semula.
Sanak saudara dan rakan-rakannya terkejut setelah melihat mayat pemuda ini. Pemuda ini kelihatan berubah sepenuhnya dalam tempoh hanya selepas tiga jam dikebumikan. Kulitnya bertukar menjadi kelabu seperti orang yang sangat tua, beserta beberapa kesan penderaan dan pukulan, dengan tulang-tulang tangan dan kaki yang telah patah, tulang-tulang rusuknya pecah dan menekan ke arah dalam badannya. Keseluruhan tubuh dan mukanya telah cedera. Matanya yang terbuka menggambarkan ketakutan dan kesakitan yang amat sangat. Kesan-kesan darah pada mayatnya menunjukkan seolah-olah beliau baru menjalani beberapa siksaan.
dead body 2
Setelah merujuk mayat pemuda itu kepada beberapa orang saintis Islam, mereka bersetuju bahawa kaitan yang terdekat tentang kejadian ini adalah tentang siksaan kubur yang dijanjikan oleh Allah swt yang telah diingatkan melalui hadis-hadis Rasulullah saw. Bapanya yang juga terkejut dengan kejadian itu mengakui bahawa anaknya berakhlak buruk, meninggalkan solat, menjalani kehidupan sosial yang bebas dan melakukan pelbagai jenis dosa. Setiap manusia yang mati pasti akan menjalani soal jawab di dalam kubur kecuali mereka yang Syahid pada jalan Allah swt seperti terkorban ketika menegakkan agama Islam. Ini merupakan ujian awal yang akan dilalui oleh setiap manusia sebelum Hari Kiamat.
Dalam Hadis Rasulullah saw :
Selepas kematian, roh seseorang yang mati akan kembali kepada tubuhnya dan dua malaikat akan muncul, Mungkar dan Nangkir, dan akan bertanya “Siapa Tuhan kamu ?” dan dia akan menjawab “Allah tuhan aku”. Kemudian mereka bertanya padanya “Apa agama kamu ?” dia akan menjawab “Islam agama aku” Kemudian mereka bertanya padanya “Siapa yang diutuskan kepada kamu ?” dia akan menjawab “Rasulullah saw diutuskan kepada aku” Kemudian mereka bertanya padanya “Bagaimana kamu tahu ?” dia akan menjawab “Aku membaca kalam Allah (Al-Quran) dan mempercayainya” Kemudian akan kedengaran suara dari Syurga mengatakan “ Hambaku telah bercakap benar, baringkan dia di atas katil daripada Syurga dan bukakan pintu Syurga untuknya” Kemudian dia akan mendapat kebahagiaan dan mula merasai kenikmatan dari Syurga, dan kuburnya akan diluaskan seluas mata memandang.
Rasulullah saw bersabda tentang manusia yang berdosa. Selepas proses kematian selesai, rohnya akan kembali kepada tubuhnya dan dua malaikat akan muncul, Mungkar dan Nangkir, dan akan bertanya “Siapa Tuhan kamu ?” dan dia akan menjawab “Aku tidak tahu” Kemudian mereka bertanya padanya “Apa agama kamu ?” dia akan menjawab “Aku tidak tahu” Kemudian mereka bertanya padanya “Siapa yang diutuskan kepada kamu ?” dia akan menjawab “Aku tidak tahu” Kemudian akan kedengaran suara dari langit mengatakan “ Hambaku telah berdusta, masukkan dia ke dalam kotak yang diperbuat daripada api dan bukakan pintu Neraka untuknya” Kemudian dia akan merasa bahang daripada api neraka dan kuburnya akan sempitkan sehingga bersilang tulang-tulang rusuknya.
Dalam Hadis juga dinyatakan, bahawa malaikat dengan kejamnya akan menghukum orang-orang yang berdosa semasa ujian di dalam kubur dan siksaannya sangat menakutkan. Juga dimaklumkan bahawa Rasulullah saw memohon kepada Allah swt agar dilindungi daripada siksaan kubur dan menyuruh umatnya juga berbuat demikian.
Peristiwa pemuda berumur 18 tahun ini adalah sebagai peringatan kepada sesiapa yang mempercayainya dan hanyalah sebagai satu lagi cerita dongeng kepada sesiapa yang pintu hatinya ditutup oleh Allah swt. Mereka ini melihat tetapi tidak nampak, memasang telinga tetapi tidak dengar.

Menggapai Ridha Allah Dengan Berbakti Kepada Orang Tua

MENGGAPAI RIDHA ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas



Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya masalah berbakti kepada kedua orang tua, maka masalah ini perlu dikaji secara khusus.

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

Seperti tersurat dalam surat al-Israa' ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman:

“Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa' : 23-24]

Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa' ayat 36:

“Artinya : Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [An-Nisaa' : 36]

Dalam surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran:

“Artinya : Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Al-‘Ankabuut (29): 8] Lihat juga surat Luqman ayat 14-15.

ANJURAN BERBUAT KEPADA KEDUA ORANG TUA BAIK DAN LARANGAN DURHAKA KEPADA KEDUANYA
Yang dimaksud ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua orang tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu ‘Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah ‘Azza wa Jalla).

Sedangkan 'uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan “ah” atau “cis”, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin.

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN PAHALANYA
[1]. Merupakan Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.

“Artinya : Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ [2]

[2]. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua
Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan:

“Artinya : Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” [3]

[3]. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami
Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.
Haditsnya sebagai berikut:

“Artinya : ...Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: ‘Ya Allah, sesung-guhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah mulut gua ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser sedikit..”[4]

[4]. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam

“Artinya : Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya.” [5]

Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering berkunjung kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya -insya Allah- akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.

[5]. Akan Dimasukkan Ke Surga Ooleh Allah ‘Azza wa Jalla
Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang Allah ‘Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan meng-hindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.

BENTUK-BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA
[1]. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang mem-buat orang tua sedih atau sakit hati.
[2]. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua.
[3]. Membentak atau menghardik orang tua.
[4]. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
[5]. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
[6]. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu seorang anak harus berterima kasih dan membantu orang tua.
[7]. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
[8]. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap rokok, dan lain-lain.
[9]. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang yang tega mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.
Nas-alullaahas salaamah wal ‘aafiyah
[10]. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
[1]. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua kita

[2]. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan adab ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.

[3]. Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (som-bong) apabila sudah meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan pakaian oleh orang tua.

[4]. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.

[5 ]. Mendo’akan kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a berikut:
“Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.”

Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bid’ah, kita tetap harus berlaku lemah lembut kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada Tauhid dan Sunnah. Bagaimana pun, syirik dan bid’ah adalah sebesar-besar kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus berdo’a siang dan malam agar orang tua kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.

APABILA KEDUA ORANG TUA TELAH MENINGGAL
Maka yang harus kita lakukan adalah:
[1]. Meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan taubat nashuha (jujur) bila kita pernah berbuat dur-haka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup.
[2]. Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke kubur.
[3]. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya.
[4]. Membayarkan hutang-hutangnya.
[5]. Melaksanakan wasiat sesuai dengan syari’at.
[6]. Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.

Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita dimudahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Aamiin.

[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Putaka A-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa'dah 1427H/Desember 2006]
__________
Foote Note
[1]. Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu-bapaknya.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 527), Muslim dalam Kitabul Iman (no. 85), an-Nasa-i (I/292-293), at-Tirmidzi (no. 173), ad-Darimi (I/278), Ahmad (I/351, 409, 410, 439).
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 2), Ibnu Hibban (no. 2026 al-Mawaarid), at-Tirmidzi (no. 1899), al-Hakim (IV/151-152), ia menshahihkan atas syarat Muslim dan adz-Dzahabi menyetujuinya. Syaikh al-Albani rahimahullaah mengatakan hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh mereka berdua (al-Hakim dan adz-Dzahabi). Lihat Shahiih Adabul Mufrad (no. 2).
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 2272), Fathul Baari (IV/449), Muslim (no. 2743), dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5985, 5986), Muslim (no. 2557), Abu Dawud (no. 1693), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu.
SEPULUH KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK


Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka, kita sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap amanah ini. Tak sedikit kesalahan dan kelalaian dalam mendidik anak telah menjadi fenomena yang nyata. Sungguh merupakan malapetaka besar, dan termasuk mengkhianati amanah Allah.

Adapun rumah, adalah sekolah pertama bagi anak. Kumpulan dari beberapa rumah itu akan membentuk sebuah bangunan masyarakat.

Bagi seorang anak, sebelum mendapatkan pendidikan di sekolah dan masyarakat, ia akan mendapatkan pedidikan di rumah dan keluarganya. Ia merupakan prototipe kedua orang tuanya dalam berinteraksi sosial. Oleh karena itu, disinilah peran dan tanggung jawab orang tua, dituntut untuk tidak lalai dalam mendidik anak-anak.

BAHAYA LALAI DALAM MENDIDIK ANAK
Orang tua memiliki hak yang wajib dilaksanakan oleh anak-anaknya. Demikian pula anak, juga mempunyai hak yang wajib dipikul oleh kedua orang tuanya. Disamping Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua, Allah juga memerintahkan kita untuk berbuat baik (ihsan) kepada anak-anak serta bersungguh-sungguh dalam mendidiknya. Demikian ini termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah. Sebaliknya, melalaikan hak-hak mereka termasuk perbuatan khianat terhadap amanah Allah. Banyak nash-nash syar’i yang mengisyaratkannya. Allah berfirman.

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya…[An Nisa’:58].

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَخُونُوا اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuai. [Al Anfal:27].

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْؤُوْ لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالإِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْؤُوْ لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ و رَجُلُ رَاعٍ في أَهْلِهِ وَ مَسْؤُوْ لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung-jawaban terhadap yang dipimpin. Maka, seorang imam adalah pemimpin dan bertangung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. [HR Al Bukhari].

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعيْهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ وَ هُوَ غَاشٍ لِرَعِيَّتِهِ إلاَّ حّرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ

Barangsiapa diberi amanah oleh Allah untuk memimpin, lalu ia mati (sedangkan pada) hari kematiannya dalam keadaan mengkhianati amanahnya itu, niscaya Allah akan mengharamkan surga baginya. [HR Al Bukhari]

SEPULUH KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK
Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.

Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yang menjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu. Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.

Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

1. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak.
Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin, dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut; takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakutinya. Misalnya: takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita tentang hantu, jin dan lain-lain. Dan yang paling parah, tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakuti-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak akan semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.

2. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya: takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka bohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.

3. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-Foya, Bermewah-Mewah Dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqamah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakan muru’ah (harga diri) dan kebenaran.

4. Selalu Memenuhi Permintaan Anak.
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya: si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaannya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.

5. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati diri.

6. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
Misalnya, dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lain. Ini kadang terjadi, ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.

7. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran.
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya, mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan berbagai cara. Misalnya: dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anak-anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban orang tuanya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Na’udzubillah min dzalik.

8. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih-Sayang Di Luar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, wa’iyadzubillah. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya, ia mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.

9. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih-sayang. Bila kasih-sayang tidak didapatkan di rumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.

10. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya.
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal teman-teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa adalah penyesalan tak berguna.

Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin, kita juga tidak menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus mencair ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak. Agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah, serta berakhlak mulia. Wallahu a’lamu bishshawaab. (Ummu Shofia)

Maraji:
At Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad, Al Mazhahir Subulul Wiqayati Wal ‘Ilaj, Muhammad bin Ibrahim Al Hamd.

awal penciptaan jin

Kita manusia bertanya-tanya, sebenarnya lebih dahulu mana antara makhluk jin dan manusia itu diciptakan? Untuk memperoleh keterangan dari pertanyaan tersebut, mari kita simak berbagai informasi sebagai berikut.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Al-Hijr: 27).
Abu Hidzaifah Ishaq bin Basyar mengatakan dalam kitab Al-Mabda’ bahwa Abdullah bin Amr bin al-Ash berkata, “Jin diciptakan dua ribu tahun sebelum penciptaan Adam.”
Juwaibir memberikan kabar dari Adh-Dhahhak dari Ibn Abbas bahwa ia mengatakan, “Jin merupakan penghuni bumi, sementara malaikat adalah penghuni langit; merekalah yang meramaikan langit. Di setiap langit terdapat malaikat. Setiap penghuni langit selalu melakukan salat, bertasbih (menyucikan Tuhan), dan selalu berdoa. Penghuni langit yang lebih tinggi memiliki ibadah, doa salat, dan tasbih yang lebih banyak dibandingkan penghuni langit di bawahnya. Jadi, malaikat itu adalah penghuni langit, sementara jin adalah penghuni bumi.”
Ishaq juga mendapatkan berita dari Abu Ra’uf yang mendapatkannya dari Ikrimah yang mendapatkannya dari Ibnu Abbas, “Ketika Allah menciptakan bapaknya jin, Samum, yang dijadikannya dari nyala api, Ia berkata, ‘Hai jin, mintalah yang kamu inginkan!’ Jin menjawab, ‘Kami berharap agar kami dapat melihat manusia, tetapi kami tidak terlihat oleh mereka, agar kami menghilang di bawah tanah, dan kami tidak mati dalam keadaan tua renta, melainkan muda dulu’.” Artinya, bangsa jin bisa melihat tetapi tidak terlihat oleh manusia. Jika mati, mereka menghilang di dalam tanah, dan tidak mati sampai kembali muda.
Ishaq mengatakan, “Telah mengabarkan kepada saya Juwaibir dan Utsman dengan isnad mereka berdua bahwa Allah menciptakan jin dan memerintahkan mereka untuk menghuni bumi. Mereka menyembah Allah sampai batas waktu yang cukup lama, kemudian mereka mulai berbuat maksiat kepada Allah dan suka melakukan pertumpahan darah. Dalam lingkungan mereka dikenal seorang raja bernama Yusuf yang kemudian dibunuh oleh mereka. Lalu, Allah mengutus tentara dari malaikat yang berada di langit kedua. Dikatakan pula bahwa dalam kalangan jin terdapat iblis, berjumlah empat ribu makhluk jin, kemudian mereka turun dan membawa anak-anak jin dari bumi, mereka menjadi kuat dan mengikuti pemuka-pemukanya di pulau-pulau laut. Iblis dan tentara yang bersamanya tinggal di bumi. Karena mereka banyak, pekerjaan yang dilakukan menjadi mudah dan mereka pun senang tinggal di sana.”
As-Suyuthi di dalam Luqath al-Marjan fi al-Ahkam al-Jan menyebutkan bahwa Muqatil dan Juwaibir memberitahukan dari Adh-Dhahhak, dari Ibn Abbas, ia mengatakan, “Ketika Allah hendak menciptakan Adam, Ia berkata kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang khalifah di muka bumi ini.’ Kemudian, malaikat bertanya, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu makhluk yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah’.” Ibn Abbas berkata, “Para malaikat tidak mengetahui sesuatu yang gaib. Mereka menganggap perbuatan anak Adam seperti perbuatan para jin. Sehingga, mereka mengatakan apakah Tuhan akan menjadikan makhluk yang suka merusak seperti bangsa jin membuat kerusakan dan suka menumpahkan darah, sebagaimana bangsa jin menumpahkan darah, seperti perbuatan yang mereka lakukan dengan membunuh nabi mereka yang bernama Yusuf.”
As-Suyuthi mengomentari riwayat-riwayat di atas bahwa sanad-sanadnya rusak. Abu Hudzaifah seorang yang suka berbuat kebohongan, Juwaibir diabaikan perkataannya, sedangkan Adh-Dhahhak tidak mendengarkan secara langsung dari Ibn Abbas.
Tetapi, Al-Hakim meriwayatkan di dalam kitab Al-Mustadrak dan menganggap sahih sebuah riwayat dari Ibn Abbas, yang ia mengatakan, “Allah berkata, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi ini.’ Mereka (para malaikat) bertanya, ‘Apakah Engkau akan menjadikan makhluk yang suka membuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah?’ Dua ribu tahun sebelum itu telah diciptakan jin; mereka membuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah. Lalu, Allah mengutus tentara dari kelompok malaikat. Para tentara itu memukul para jin, sehingga mereka terdampar di kepulauan laut. Karena itu, ketika Allah berkata kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi ini,’ mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu makhluk yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,’ sebagaimana yang telah diperbuat oleh para jin.”
Ibn Jarir, Ibn Abi Hatim, dan Abu asy-Syekh (dalam kitan Al-’Azhamah) meriwayatkan dari Abu al-’Aliyah, “Allah SWT menciptakan malaikat pada hari Rabu, menciptakan jin pada hari Kamis, dan menciptakan Adam pada hari Jumat. Kemudian, satu kaum dari jin ingkar dan kafir, sehingga malaikat turun ke bumi lalu memerangi mereka. Jadi, pertumpahan darah dan kerusakan berlangsung. Karena itu malaikat berkata, ‘Mengapa Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu makhluk yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah’.”
Dalam kitab Al-’Azhamah, Abu asy-Syekh berkata, “Saya mendapatkan berita dari Ahmad bin Muhammad al-Mashahafi, dari al-Bara, dari Abdul Mun’im bin Idris, dari bapaknya, ia berkata, ‘Wahab menyebutkan dari Ibn Abbas, ia mengatakan, ‘Allah menciptakan surga sebelum neraka, menciptakan rahmatnya sebelum kemarahan-Nya, menciptakan langit sebelum bumi, menciptakan matahari dan bulan sebelum bintang-bintang, menciptakan siang sebelum malam, menciptakan laut sebelum daratan, menciptakan daratan dan bumi sebelum gunung-gunung, menciptakan malaikat sebelum para jin, menciptakan jin sebelum manusia, dan menciptakan jenis laki-laki sebelum jenis perempuan’.”
Sumber: Luqath al-Marjan fi al-Ahkam al-Jan, Imam Jalaluddin as-Suyuthi